Kamis, 31 Januari 2013

Ferrari Dahlan Iskan

Surat kabar dan televisi akhir-akhir ini dipenuhi dengan berita mengenai tragedi Ferrari Dahlan Iskan. Wawancara dengan berbagai pihak untuk mencari pendapat atas musibah tersebut seolah hanya berujung mencari kesalahan, bahkan para politisi ikut angkat bicara. Sungguh, energi kita habis hanya untuk mencari kesalahan, dan bukannya mencari pelajaran berharga atas musibah ini.

Dahlan Iskan dalam suatu wawancara dengan salah satu televisi nasional bahkan sudah berulang-ulang mengakui kesalahannya, namun pewawancara mengulang dan terus mengulang pertanyaan mengenai apakah Pak Dahlan menyadari bahwa telah berbuat kesalahan. Berulang kali pula Dahlan Iskan menyatakan mengakui kesalahannya bahkan menyatakan apakah perlu mencium kaki pewawancara untuk mengakui kesalahannya. Dalam wawancara itu seolah pewawancara hanya ingin menegaskan bahwa Dahlan Iskan bersalah.

Mengapa jarang yang melihat kejadian ini sebagai suatu pelajaran yang sangat berharga, bukan dari kesalahan Dahlan, melainkan dari keberaniannya untuk melakukan perubahan demi kemajuan bangsa. Kesalahan proses (prosedur) uji coba mobil bukanlah suatu hal yang perlu terus didengungkan, sementara kasus korupsi yang jelas-jelas sangat merugikan rakyat seolah dibungkam.

Gebrakan Dahlan Iskan dalam berbagai sektor, termasuk gagasan untuk memproduksi mobil listrik, patut diacungi jempol. Gagasan dan semangat untuk mengabdikan diri bagi bangsa dan negara dari seorang Dahlan bahkan sering mendapat hambatan.

Ide membuat mobil listrik memang bukan ide baru, sebelumnya sudah ada mobil Ahmadi dan mobil-mobil listrik karya anak bangsa lainnya, namun figur seorang tokoh seperti Dahlan Iskan sangat diperlukan untuk meyakinkan masyarakat, yang saat ini sudah mulai berkurang kepercayaannya terhadap pemerintah, untuk mempromosikan mobil listrik ini.

Mobil listrik merupakan jenis kendaraan masa depan. Di tengah semakin berkurangnya cadangan minyak bumi, maka penggunaan listrik sebagai sumber energi adalah pilihan terbaik. Selain dapat dibuat, penggunakaan listrik sebagai sumber energi untuk menggantikan bahan bakar minyak mempunyai banyak keuntungan. Yang tampak nyata adalah pengurangan polusi udara dan suara yang dihasilkan oleh kendaraan. Memang, masih banyak kekurangan dari mobil ini saat ini. Iinfrastruktur untuk penyediaan fasilitas pengisian energi listrik untuk kendaraan belum tersedia dan harga per unit kendaraannyapun masih jauh lebih tinggi daripada kendaraan berbahan bakar minyak. Hal ini disebabkan karena kendaraan ini belum diproduksi secara massal. Nantinya, apabila masyarakat sudah banyak yang menggunakannya pastilah harganya akan semakin murah, bahkan bisa jauh lebih murah dari kendaraan berbahan bakar minyak.

Penggunaan listrik sebagai sumber energi kendaraan sudah mulai digunakan beberapa puluh tahun yang lalu. Di Indonesia kereta listrik mulai digunakan tahun 1925, namun sekitar tahun 1960-an sempat mandeg dan bangkit lagi pada tahun 1976 dengan mendatangkan kereta listrik bekas dari Jepang. Kereta-kereta cepat yang sekarang banyak dikembangkan sebagian besar juga menggunakan tenaga listrik.

Sementara itu, industri mobil listrik di negara lain sudah jauh dikembangkan dan digunakan sebagai moda transportasi menggantikan mobil berbahan bakar minyak. Menurut salah satu sumber, sampai bulan Novemver 2011, mobil listrik yang tersedia dan dijual di pasaran beberapa negara adalah Tesla Roadster, REVAi, Renault Fluence Z.E., Buddy, Mitsubishi i MiEV, Tazzari Zero, Nissan Leaf, Smart ED, Wheego Whip LiFe, Mia listrik, dan BYD e6, bahkan Nissan Leaf telah terjual lebih dari 20.000 unit di seluruh dunia (sampai November 2011) dan Mitsubishi i-MiEV dengan penjualan global lebih dari 17.000 unit (sampai Oktober 2011).

Sudah begitu banyak negara lain yang mengembangkan mobil listriknya, yang tentunya juga sarat dengan kendala dan kesalahan. Mereka berhasil tentunya karena dukungan dari pemerintah dan masyarakatnya. Apakah Ferrari Dahlan Iskan cukup berhenti sampai di sini? Apakah kita akan hanya terjebak pada peraturan, sementara itu negara lain sudah semakin begitu pesat meninggalkan kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar